Perkembangan Musik Palembang dari Masa ke Masa

Minggu, 29 Mei 2011
Menurut kronologis sejarah kota Palembang, yang terdiri dari zaman Sriwijaya, Kesultanan, penjajahan Belanda (pengaruh eropa) hingga masa kemerdekaan. Saya kira perkembangan musik dan jenis musik dikota Palembang ini sangat dipengaruhi “situasi zaman” yang melingkupinya. Sebut saja dimasa Sriwijaya  saya kira banyak dipengaruhi oleh unsur musik  India, Cina dan musik lokal. Nuansa musiknya mungkin sekali banyak dipengaruhi unsur agama Budha yang ketika itu adalah agama resmi Kerajaan Sriwijaya.  Pada masa Kesultanan Palembang, yang sudah tentu banyak pengaruh/unsur budaya  Islam dan Arab, jadi nuansa musik dan jenis musik pun bernuansa keislaman dan kearab-araban, contoh musiknya mungkin gambus, terbangan syarofalanam, kasidahan dll.  Group gambus yang terkenal sekitar tahun 1950-an adalah group musik gambus “Sri Palembang” pimpinan Wak Neng.
Pada masa penjajahan Belanda, mulai diperngaruhi unsur musik eropa yang kata orang ketika itu adalah musik modren/baru. Seperti kroncongan adalah musik dari kebudayaan Portugis, yang berkembang dari Batavia (daerah tugu) kemudian menyebar ke seluruh Nusantara.  Musik Tonil adalah jenis musik yang sangat populer di awal abad ke-20, unsur musiknya adalah jazz dan dansa salsa.  Di kota Palembang ini sendiri sempat “trend” jenis musik ini dan sempat membangun gedung tonil (saat ini adalah kantor Dispenda kota Palembang Jl.Merdeka) dengan group musiknya yang terkenal “Bintang Berlian” pimpinan Haji Gong. Selain itu juga ada musik jidur (drumband) yang diambil dari unsur musik meliter, yaitu korp musik meliter Belanda.
Sampailah dimasa penjajahan Jepang, perkembangan musik Palembang cukup dinamis, yang ketika itu adalah group musik pimpinan Ahmad Dahlan Muhibat berhasil menciptakan sebuah lagu yaitu “Gending Sriwijaya” saya kira tokoh sentral musik Palembang ketika itu (tahun 1943-1945) adalah Ahmad Dahlan Muhibat, selain ia seorang komponis juga ia adalahg seorang Biolis yang handal. Ditahun 1950-an saya kira jenis musiknya adalah pengaruh unsur musik Semenanjung/Melayu pop dengan tokoh terkenalnya adalah almarhum P.Ramlee.  Sejak tahun 1950-an kesadaran seniman daerah ini menciptakan dan mempopulerkan lagu-lagu bernuansa daerah seperti Kebile-bile, Dirut, Cup Mailang dll dengan group band yang terkenal seperi Arulan yang sempat membuat pringan hitam di Jakarta.
Tahun 1960-an, tidak hanya mempopulerkan lagu daerah disini timbul group musik melayu yang disebut irama candrabuana, dipopulerkan oleh stasion radio amatir Candrabuana  alamat 14 Ilir Palembang.  Radio Republik  Indonesia (RRI) Stasiun Palembang mempopulerkan group musik yang disebut “Orkes Studio RRI” pimpinan Haji Mahmudin dengan penyanyinya yang terkenal Masnun Toha.  Perkembangan  musik Palembang saya kita cukup dinamis dan mengafresiasikan zamannya, tahun 1970-an berdiri group musik Golden Wing yang penyanyi/vokalisnya adalah Carel Simon, terkenal karena membawakan lagu” Mutiara Palembang”.  Disini juga didukung bermunculan studio rekaman sepeti Palapa Record, yang menghasilkan banyak penyanyi  lagu daerah seperti Sahilin, yang terkenal dengan lagu irama Batanghari Sembilannya.  Mudah-mudahan tulisan ini  bermanfaat.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

2 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    ORKES REMADJA dan ORKES STUDIO RRI PALEMBANG
    Mungkin ini lebih baik disebut catatan pribadi, namun kupikir tak salahnya kupostkan sekedar mengingatkan bahwa perkembangan musik di Palembang telah berkembang. dibanding daerah sumsel lainnya.Katakanlah orkes band-keroncongan dan orkestrasi studio RRI yang kadang luput dari ingatan warga.Aktivitas berkesenian di kota Palembang sejak dulu sudah marak dengan eksistensi berkesenian yang lahir dari jiwa orang-orang yang cinta seni. kental dengan kebersamaan, akrab, bersilahtuhrahmi, saling hormati diantara mereka. Tentunya layak dijadikan tauladan bagi generasi berikutnya.Mereka bahagia dibalik itu semua, namun kehidupan mereka tertatih-tatih, miskin, dan tak banyak berharap datangnya rupiah ke kantong mereka. Sekitar tahun 1930an hingga 50an (mudah2an tepat) Papaku (alm) Sofyan Pasaribu pernah tergabung dalam kelompok band-keroncong yang diberi nama "REMADJA" beliau memainkan biola. hingga pada karier selanjutnya bergabung dengan (alm) Om Ishak Mahmuddin, yang pernah memimpin orkes studio RRI Plg (mulainya saya kurang paham), setelah itu beralih ke (alm) Om Anwarium. sebelum ke anwarium, Papa pernah ditawari juga tongkat estafet memimpin OS RRI plg merangkap conductor, namun beliau menolaknya, maka ditunjuklah anwarium. malah Papa pun tak segan membantu mengajarkan cara berkonductor kepada Om Anwarium, yang justeru adalah conductor Orkes Studio RRI. itulah kerjasama,bahu membahu diantara mereka. Sepenanggungan, sependeritaan. Sekitar tahun 1978 OS RRI melangsungkan Live Reuni OS RRI di TVRI Palembang, itulah penampilan OS RRI kebanggaan kita yang ternyata tak kalah dengan Orkes Telerama pimp Isbandi (estafet dari Iskandar kala itu) dari TVRI pusat Jakarta yang banyak artis top papan atas. Bagiku yang saat itu duduk dibangku kelas 3 sd, penampilan pertama dan terakhir yang saya lihat. Begitu serius dan merdunya Orkestra mereka. OS RRI Palembang tinggal kenangan, puing kejayaan itu pudar, karena minimnya generasi penerus dan operasional yang bertambah, serta kesibukan mereka masing2. papa sendiri sejak tahun 1954 bekerja di kantor PU, selanjutnya menjadi karyawan PT Jasa Raharja hingga pensiun 1986. Masih segara dalam ingatan saya, sekitar 1972-1973, suatu malam ketika papa bergegas berangkat "on-air" sekitar pk. 7 malam dan pulang sekitar jam 11an malam dengan bersepeda bersama teman2nya menuju ke RRI pulangnya.. membawa oleh2, bungkusan dibelakang sepedanya, isinya? beras 1 kilo dan sebungkus gula pasir. Kadang aku menunggu papa pulang sambil membolak balik lembaran gubahan lagu penuh dengan notasi balok (score lengkap)...hingga terlelap..dan berharap suatu kelak papa pulang malam2 dari RRI membawa permen Hack (hitam -pedas) ataupun sebatang coklat cap ayam jago dari RRI.. :) Banyak hal yang dapat dipetik dari pelajaran kehidupan berkesenian dikala itu; sosialitas dan kekaryaan, disamping silahturahmi yang kekal.Melalui rubik ini, aku berharap orang atau masyarakat Palembang dapat menghargai dan mengenag OS RRI atau sepak terjang RRI Palembang, jauh sebelum Goden Wing ataupun Amupas (Anak Muda palembang Asooy, dangdutan) berjaya di jamannya, atau anak2 band palembang top sekarang. RRI corong terdepan membina musik sebagai budaya adiluhung, yang kini surut termakan jaman. Untuk para keluarga dan handai-taulan/ keluarga mantan seniman Orkes Remadja ataupun Orkes Studio RRI Palembang, aku berharap terjadinya silatuhrahmi sepertihal para pendahulu kita. Demi sumbangsih dan dedikasi masa lalu dari para orangtua kita, bapak-bapak kita yang bekerjasama mendirikan fondasi dasar tiang berkesenian di Palembang, yang menjadi kenangan abadi. aku katakan: Banggalah dengan mereka,...! Mohon maaf apabila tulisanku ada yang salah persepsi, ataupun salah data atau menyinggung anda, hal itu bukan berarti disengaja, sekedar untuk curhat cerita musik di jaman itu. JEFRY ADP (Composer/ Journalist/ Lecturer/ Private Lesson) tinggal di Jambi. Email: jefryakhyard@gmail.com.

  1. Kereta Waktu mengatakan...:

    Menarik dan sehausnya ada catatatan tentang permusikan di daerah yang didokumentasikan dengan baik. Taetiam kasih infonya. Musthafa Helmy (Wartawan).

Posting Komentar